ⓐⓛⓦⓐⓝ ⓚⓞⓟⓛⓐⓚ: Juni 2013

Kamis, 20 Juni 2013

0 Surat Kecil Untuk JKT48

Surat Kecil Untuk JKT48
by : Satria Pradana


J
ika ada salah satu member Jkt48
yang membaca surat ini , kami
hanya ingin mengungkapkan
perasaan yg selama ini
mengganjal di hati kami ..
Untukmu Jkt48 , perlu kalianketahui bahwa kami sangat
menyukai kalian tanpa
membedakan satu sama lain ..
Kami sangat menyayangi kalian
layaknya orang terdekat kami ..
Kami mengagumi kalian sebagai idola kami karena prestasi kalian ..
Kami menjadikan kalian sebagai
motivator kami agar menjadi
lebih baik .. Tapi kami sadar, kami
hanyalah seorang penggemar yg
tidak bisa mengatur hidup kalian layaknya yg kami mau .. Kami
hanya bisa mendukung kalian
dari jauh , hanya bisa berharap
dan terus berharap .. Kami hanya
bisa cemburu ketika melihat salah
seorang fans Jkt48 yg bertemu kalian dan berkata " Kapan aku
bisa seperti dia ? " Kami hanya
bisa melihat kalian dari layar kaca
ataupun dunia maya .. Kami
hanya bisa melihat kalian meraih
penghargaan dan berdoa " Semoga suatu saat nanti aku bisa
seperti mereka , Amin " Maafkan
kami jika kami sering posesif
terhadap kalian dan seakan-akan
ingin mengatur kehidupan
kalian .. Maafkan kami jika kami pernah melukai tubuh kalian
dengan cakaran atau cubitan ..
Tapi itu semua kami lakukan
tanpa ada niat sengaja .. Semua
itu kami lakukan karena adanya
rasa bahagia ketika melihat dan bertemu kalian , Hanya hal itu yg
dapat kami lakukan .. Maafkan
kami jika ada kata kata yg kurang
mengenakan hati yg terlontar
dari mulut kami .. Tapi hal itu
kami lakukan tanpa ada niat dari hati , tanpa adanya kesadaran
dari lubuk hati kami .. Maafkan
kami jika selama ini kami kurang
mengerti keinginan kalian selalu
cemburu dengan apa yg kalian
lakukan terhadap org lain .. Tapi hal itu kami lakukan karena kami
sangat sangat menyayangi
kalian .. Hanya hal itu yg dapat
kami lakukan .. Tapi tolong ,
mengertilah kami .. Inilah Fans
Jkt48 Terimalah kami apa adanya , sebagaimana kami
menerima kalian .. Berilah kami
semangat , sebagaimana kami
memberikan kalian semangat ..
Berilah kami kesempatan untuk
sekedar berjabat tangan dengan idola yg selama ini kami kagumi ..
Ulurkanlah tangan kalian kepada
kami .. Berilah kami doa agar kami
bisa sukses seperti kalian ..
Rangkul lah kami di saat kami
terjatuh dalam keterpurukan yg menimpa .. Bangkitkanlah jiwa
semangat kami di saat kami
kecewa .. Hanya itu yg kami
inginkan dari kalian , Terimakasih
Jkt48 kalian telah menjadi
motivator dan inspirator bagi kami .. Semoga kesuksesan yg
kalian dapatkan saat ini dapat
kami raih juga suatu saat nanti ,
Amin......

Rabu, 05 Juni 2013

3 EMPAT SAHABAT

Empat Sahabat by Nur Rizka Alia Hapsari


Saat itu, hari penerimaan siswa baru SMP N 1 Bumiayu. Empat siswa sedang menunggu-nunggu nama mereka dipanggil, mereka sudah tak sabar menunggu, mereka ingin segera tahu, mereka masuk ke kelas 7 apa. Keempatnya tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi pada akhirnya, ternyata mereka di tempatkan di kelas yang sama, yaitu kelas 7H. Keempat anak itu bernama, Rina, Nia, Tia dan Rinda. Rina, anak yang bertubuh kecil, pintar dan pemberani. Ia pun duduk sebangku dengan Nia, anak yang bertubuh tinggi dan cantik. Ia mencoba menegur Nia.
“Hai, namaku Rina. Siapa namamu?” tanyanya.
“Namaku Nia, senang bertemu denganmu.” jawabnya sembari tersenyum.
Setelah mereka berkenalan mereka mulai akrab. Di saat MOS pun mereka selalu bersama. Setelah hari MOS berakhir, keduanya berkenalan dengan teman-teman yang lain, Tia dan Rinda. Tia, anak yang bertubuh sangat tinggi dan humoris. Dan Rinda, seorang yang bertubuh tinggi dan sangat ramah. Kemudian mereka berempat pun menjadi sangat dekat dan seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya bersahabat.
Mereka berempat sangat kompak. Meski mereka memiliki watak yang berbeda, tapi mereka dapat saling memahami dan mengerti satu sama lain. Hari-hari mereka jalani dengan gembira, bersama-sama. Dimulai dari belajar bersama, bermain bersama, foto bersama, makan makanan yang sama. Mereka begitu kompak. Bahkan banyak sekali teman-teman dari kelas lain memuji kekompakan mereka, dan berharap bisa seperti mereka. Begitu juga dengan orang tua mereka, orang tua mereka sudah sangat mengenali mereka berempat.
Hampir setiap ada kesempatan, mereka meluangkan waktu untuk bermain ke rumah satu sama lain. Ada pula kegiatan rutin yang biasa dilakukan mereka, yaitu belajar bersama sebelum pelajaran dimulai di pagi hari. Di sekolah, di jembatan layang sekolah mereka. Kakak-kakak kelas mereka pun sudah sangat paham dengan mereka berempat.
Sampai akhirnya waktu penerimaan rapor kenaikan kelas pun tiba, setelah di semester satu Rina si pintar menjadi juara di Sekolah.
“Selamat Rina, lagi-lagi kau juaranya.” kata Rinda.
“Ya, kau memang sangat pintar. Di kelas 8 nanti, aku akan mengalahkanmu Rin.” kata Tia berapi-api.
“Haha, terimakasih semuanya.” begitu jawab Rina.
“Ah, sayang sekali, kali ini aku tidak masuk 10 besar.” kata Nia sedih.
“Sudahlah Nia, jangan bersedih, masih ada kesempatan lain. Tidakkah kalian ingat apa yang dikatakan pak Fuad kemarin? Bahwa orang yang menang bukanlah orang yang tak pernah kalah, tetapi orang yang menang adalah orang yang tak pantang menyerah. Ayo semangat semuanya!” hibur Rina.
“Yap!” jawab ketiga sahabatnya serempak.
“Kau memang pantas sekali menjadi ustadzah Rina! Atau bahkan mungkin kau adalah penerus pak Fuad!” celetuk Tia.
“Hahahaha” mereka tertawa bersama-sama.
“Oh iya! Liburan ini kumpul di rumah siapa?” tanya Nia.
“Bagaimana kalau di rumah ku saja?” usul Tia dengan semangat.
“Ok!” jawab ketiganya serempak dengan ceria.
Liburan tiba. Mereka sudah berencana untuk berkumpul di rumah Tia. Tetapi kali ini mereka tak bisa berkumpul bersama. Tia pergi jauh ke rumah neneknya di Pekalongan. Karena salah satu sahabatnya tak bisa, maka semuanya pun sepakat untuk tak berkumpul. Liburan mereka habiskan dengan aktivitas mereka sendiri-sendiri.
Liburan pun berakhir. Mereka berempat berangkat lagi ke sekolah.
Mereka naik ke kelas delapan. Tetapi kali ini mereka tidak berada di satu kelas yang sama. Rina di kelas 8D, Nia di kelas 8C, Tia di kelas 8G dan Rinda di kelas 8A.
“Hai, Rin!” sapa Nia.
“Hai, Nia.” jawab Rinda.
Mereka berdua bercakap-cakap akan aktivitas mereka saat liburan. Mereka berdua menunggui Rina dan Tia datang. Akhirnya Rina dan Tia datang. Mereka berempat pun asyik dengan cerita-cerita mereka berempat saat liburan. Dan saat itu pula, keempatnya berjanji, meski mereka berbeda kelas, tapi mereka akan tetap bersahabat.
Dan iya, mereka tetap bersahabat, dan akrab.
Mereka berempat berkumpul di rumah Nia.
“Teman-teman, bagaimana dengan teman baru kalian di kelas?” tanya Tia.
“Aku masih belum begitu dekat dengan mereka, tapi aku kurang menyukai mereka. Mereka anak-anak yang suka membuat genk.” jawab Nia.
“Kalau aku, biasa-biasa saja. Tak begitu akrab, dan tak begitu berjauhan.” sambung Rina.
“Aku sama dengan Nia, sepertinya aku tidak akan betah di kelasku yang baru. Karena bagiku, hanya kalian yang paling bisa mengerti diriku.” jawab Rinda.
“Yah, aku berharap kita bisa menjadi sahabat selama-lamanya.” ungkap Tia penuh harap.
Hari-hari berlalu, Rina pun di tawari untuk masuk OSIS. Rina bingung harus menjawab apa. Karena dulu ia tak pernah berfikir untuk masuk OSIS. Ia bercerita pada sahabat-sahabatnya, sahabat-sahabatnya mendukung ia untuk masuk OSIS. Akhirnya Rina memutuskan untuk masuk OSIS.
Di OSIS ia menyukai salah satu anggota OSIS bernama Dino. Ia pun dekat dengan Dino. Tiap kali berkumpul dengan sahabatnya, ia selalu menceritakan Dino.
“Dia itu sangat baik. Ternyata dia juga sangat rajin” kata Rina tiba-tiba.
“Dia siapa?” tanya Rinda.
“Dino.” jawab Rina sambil tersenyum.
“Cie, cie,... Rina, kamu suka Dino ya?” ledek Nia.
“ti, ti, tidak. Aku hanya mengaguminya.” jawab Rina tergagap.
“hahahaha” mereka semua tertawa.
Akan tetapi suatu hari, Dino justru menyatakan rasa suka pada sahabatnya yaitu Tia. Tia menceritakan hal itu pada ketiga sahabatnya. Rina yang mendengar hal itu amat sangat terpukul. Padahal ia baru saja akan menceritakan pada sahabat-sahabatnya bahwa ia memang menyukai Dino.
“Be, benarkah? Benarkah Dino menyatakan hal itu padamu?” tanya Rina dengan nada tak percaya.
“iya, tapi... kamu tidak apa-apa kan Rina? Bukankah kau tak menyukai Dino?” tanya Tia dengan cemas.
“Ten, tentu saja tidak.” Jawab Rina.
Rina pulang dengan wajah pucat dan tak bertenaga.
“Apa kalian tak bisa membaca hatiku? Padahal sudah jelas sekali aku menampakkan bahwa aku menyukai Dino. Tidakkah kalian tau akan hal itu? Tidakkah kalian menyadarinya?” Tanya Rina dalam hati.
Setelah itu, semuanya mulai berubah. Mereka jadi tak sering berkumpul. Setiap kali akan berkumpul, Rina tak bisa. Alasannya adalah kegiatan OSIS. Padahal disamping hal itu, Rina memang masih belum bisa menerima bahwa Dino menyukai sahabatnya Tia.
Ketiga sahabatnya sangat kecewa.
“Rin,” Tia memulai percakapan
“ya?” jawab Rinda.
“Kau tau, sekarang Rina jadi sangat berubah. Setelah masuk OSIS itu.” kata Tia.
“Hm.. benarkah? Aku rasa tidak begitu. Dia masih sama seperti dulu, hanya saja sekarang ia lebih sibuk. Yah .. begitulah OSIS” begitu tanggapan Rinda.
Semester pertama kelas 8 hampir berakhir, tetapi mereka menghabiskan waktu tanpa ada komunikasi satu sama lain.
Rina merasa tak enak dengan sahabat-sahabatnya, akhirnya ia mengajak ketiga sahabatnya untuk berkumpul di rumahnya. Ketiga sahabatnya pun datang.
“Sahabatku, maafkan aku, di semester ini kita jadi jarang berkumpul. Dan kita pun kini sudah jarang sekali berkomunikasi. Ini semua salahku. Seharusnya aku tak usah masuk OSIS.” kata Rina Sedih.
“Tidak Rina, kamu salah. Kamu tak usah menyalahkan dan menyesali semua ini. Lagipula, kita kan masih bisa berkumpul-kumpul lagi di lain kesempatan. Ya kan teman-teman?” hibur Rinda.
“Ya, betul sekali.” jawab Tia dan Nia.
“Kalian memang benar-benar sahabatku” ungkap Rina.
“Aku harap, saat kita semua lulus nanti, kita akan saling berpelukan dan menangis bersama, menangis karena bahagia, menangis karena akan melepas masa-masa indah kita di SMP, menangis karena kita akan berpisah menuju jenjang yang lebih tinggi lagi” sambungnya.
Sebenarnya saat itu Rina juga ingin mengatakan bahwa ia jarang berkumpul bukan hanya karena ada kegiatan OSIS, tetapi ada alasan lain, yaitu karena ia masih sakit hati akan Dino yang menyukai Tia. Tetapi ia mengurungkan niatnya, karena ia tak ingin persahabatannya hancur hanya karena masalah itu. Meski ia begitu sakit, karena setiap mereka berempat berkumpul Tia selalu menceritakan segala hal tentang Dino.
Setelah itu, keadaan pun menjadi semakin buruk. Nia, dia telah banyak berubah. Nia telah terpengaruh oleh teman-teman barunya, ketiga sahabatnya merasakan hal itu. Tetapi mereka tak mau membahas hal itu. Mereka tak ingin persahabatan mereka hancur.
Akan tetapi, kian lama, Tia juga ikut berubah. Nia dan Tia benar-benar berubah. Mereka berdua sudah tak pernah bertemu dengan Rina dan Rinda. Hanya Rina dan Rinda lah yang masih sama. Yang masih kompak dan berusaha untuk terus mempertahankan persahabatan mereka.
“Rin, Tia dan Nia kini sudah banyak berubah. Apa yang harus kita lakukan? Aku tak ingin persahabatan kita hancur.” tanya Rina pada Rinda
“Entahlah.. aku juga tak enak untuk menasehati atau mengatakan hal ini pada mereka.” jawabnya.
Teman-teman lain pun, mulai membicarakan keempat sahabat itu. Mereka merasakan Nia berubah. Mereka mengungkapkan hal itu pada Rina dan Rinda. Tetapi Rina dan Rinda berusaha menutupinya. Sampai akhirnya semester satu pun berakhir.
Rina kembali menjadi juaranya. Tetapi dari ketiga sahabatnya itu tak ada yang mengucapkan selamat padanya. Ia sangat kecewa dan sesampainya di rumah ia menangis.
Di sisi lain, Rinda memang saat itu tak masuk sekolah, karena dia sedang sakit. Tia mau mengucapkan selamat pada Rina, tetapi ia tak sempat bertemu dengannya, sedangkan Nia, dia lupa, karena dia diajak pergi teman-teman 8C nya karena kali ini ia masuk 10 besar.
Rina amat kecewa. Padahal besok mereka tak bisa bertemu lagi, karena besok sudah mulai libur, liburan semester pertama. Ia sudah tak ingin mengenal mereka lagi.
“Apa ini yang dinamakan sahabat? Padahal aku sudah banyak berkorban untuk mereka. Terutama pada Tia, aku sudah mengorbankan perasaanku, untuk tetap terus mempertahankan persahabatan ini. Tapi apa? Semuanya sia-sia!” pikirnya. Sampai akhirnya ketiga sahabatnya itu pun lupa untuk mengucapkan selamat pada Rina.
Setelah itu liburan semester satu, liburan yang sangat sepi bagi Rina, karena ia tak mau bertemu dengan siapa pun dan tak mau pergi kemana pun. Ia hanya ingin tinggal di rumah. Ia bertekad untuk belajar lebih giat tanpa mempedulikan siapa pun.
Ya, setelah itu semester dua. Rina benar-benar tak pernah menyapa, menegur ataupun tersenyum pada ketiga sahabatnya. Ketiga sahabatnya merasakan hal itu, tetapi mereka pun tak mau peduli. Mereka juga tak mau tahu alasannya, Karena bagi mereka Rina kini telah sombong karena pada saat itu pula, ia terpilih sebagai wakil ketua Dewan Penggalang. Rinda yang dulu akrab dengan Rina pun sudah tak peduli dengannya, karena ia kecewa Rina tak menjenguk Rinda pada saat ia sakit. Saat keempatnya berulang tahun pun, tak ada yang saling mengucapkan “Happy Birthday” satu sama lain, tak seperti dulu, saat mereka di kelas 7, saat mereka masih kompak, akrab dan bersahabat.
Akhirnya, semester dua dan liburan itu berlalu tanpa ada komunikasi satu sama lain. Begitu juga saat kelas 9 semester pertama, satu semester itu berlalu tanpa ada komunikasi.
Sampai akhirnya waktu perpisahan tiba, mereka tak memperdulikan satu sama lain. keempatnya telah asyik dengan teman baru mereka. Sampai sore hari pun, pada saat pengumuman kelulusan tiba, keempatnya tak mau tahu keadaan satu sama lain. Meski mereka dinyatakan lulus 100% semua, tetapi tak ada yang saling berpelukan dengan tangisan bahagia, seperti yang di harapkan mereka semua dulu, saat mereka masih bersahabat.
Waktu liburan tiba, mereka melakukan akivitas mereka sendiri-sendiri. Sampai suatu waktu Rina bertemu dengan Tia di mall. Mereka berpapasan. Rina terkejut, Rina bingung harus bagaimana, harus bersikap seperti apa. Ia sempat berfikir akan menegur dan menyalami Tia. Tetapi, ia teringat akan kejadian saat kelas 8 dulu, saat Dino menyukai Tia, saat Tia selalu menceritakan segala hal tentang Dino, saat Tia mulai berubah, saat Tia tak mengucapkan selamat padanya. Akhirnya Rina hanya diam seribu bahasa. Begitu juga dengan Tia yang tak bergeming dan tak menoleh ke arah Rina.
Sesampainya di rumah, Rina termenung, ia mengingat-ingat kejadian tadi. Sahabat lamanya, Tia, kini benar-benar berubah. Sangat berubah. Benar-benar seperti orang yang tak dikenal, padahal bila diingat-ingat kembali, dulu mereka begitu dekat, begitu akrab, dan bersahabat.
Di lain pihak, Tia juga termenung akan kejadian tadi. Ia menyesal seharusnya ia menegur Rina tadi. Tetapi ia berfikir lagi
“Kenapa aku harus menyapa Rina? Tadi sepertinya ia juga tak berniat menyapaku.”
Menurutnya, Rina kini sudah sangat sombong, sombong dengan segala kemampuan dan kedudukannya selama di SMP.
Akhirnya setelah hari itu berlalu, keduanya sudah melupakan kejadian di hari itu. Liburan telah berakhir, mereka berempat segera mamasuki masa Sekolah Menengah Atas. Rina yang pintar, diterima di Sekolah pilihannya, di Purwokerto. Sedangkan ketiga sahabatnya melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Bumiayu.
Masa-masa SMA mereka jalani dengan bahagia, karena mereka tak menemukan masalah seperti di SMP dulu. Mereka semua telah melupakan sahabat-sahabat SMP mereka. Sampai akhirnya mereka dinyatakan lulus 100%. Selama di SMA mereka menjalani hubungan pertemanan mereka dengan indah, akan tetapi keempatnya tak menemukan sahabat selayaknya seperti di SMP dulu. Meskipun mereka berteman dengan teman baru mereka, dan saling menyatakan bahwa mereka bersahabat, itu hanyalah sebuah kata. Sebuah kata tanpa makna yang berarti.
Kini mereka telah melewati masa-masa Sekolah. Keempatnya melanjutkan ke Universitas. Sampai akhirnya mereka telah beranjak dewasa dan menjadi orang tua.
Keempatnya kini, masing-masing telah berkeluarga dan mempunyai anak. Anak mereka sekarang berada di masa-masa Sekolah, anak mereka bercerita akan sahabat-sahabatnya, dan bertanya
“Bu, apakah ibu dulu mempunyai seorang sahabat?”
“Ya,tentu saja punya.” jawab ibunya
“Apakah sahabat ibu sangat baik?” tanyanya kembali.
Kemudian ibu terdiam, merenungi masa-masa Sekolahnya. Terutama masa-masa SMP nya. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa sahabatku dulu sangat baik, pikirnya.
“Ya, mereka amat sangat baik.” jawabnya dengan sepenuh hati.
“Wah, kalau begitu sama dengan sahabat-sahabatku bu.” kata anak itu dengan ceria.
“Benarkah? Kalau begitu, jagalah persahabatanmu, jangan menyia-nyiakan mereka.” jawab ibu dengan bijak, meski sebenarnya ia sangat sedih, dan ingin sekali kembali lagi ke masa lalu. Ke masa SMP nya dulu.

kieh, ah alay men kieh cerpen xD

Senin, 03 Juni 2013

0 Cerpen Persahabatan Masa SMP


Cerpen ini bercerita tentang kisah persahabatan Masa masa SMP

Pagi itu UKK Pun tiba saya dan teman teman memasuki ruangan.
dan pada hari hari selanjut nya UKK Selesai.
saya menunggu hasil kenaikan kelas , dan ternyata saya dan ke-4 teman saya
yaitu alex ,damara , yusnia dan alfiana dari kelas VIII H
akhir nya di putus oleh staf sekolah secara random masuk ke kelas IX D.
Di kelas IX D kita bertemu teman teman dari kelas VII yang berbeda.
keberulan kami berlima dari kelas VIII H.
dan teman teman yang lain nya ada yang dari Kelas VIIIA , VIIIB Sampai VIIIG.

pada waktu pertama saya memasuki kelas IX D saya bingung ingin memutuskan duduk sebangku dengan siapa
dan kebetulan juga tinggal satu bangku yang kosong dengan anak berkacamata yaitu
Muhammad Nawafaras Mahendika , saya tidak menyangka bisa sebangku dengan anak berkacamata
yang pandai Mata Pelajaran Matematika tersebut.

Dan keesokan hari nya--
pelajaran pertama di mulai pada waktu itu adalah pelajaran pak syefudin yang terkenal konyol.
Dan ternyata anak berkacamata itu sangat menyenangkan
Setelah beberapa bulan di kelas IX D Classmeting pun tiba , waktu itu ada event futsal dan alhamdulillah kelas IX D menang.

Setelah beberapa lama menghuni kelas IX D
Ujian Nasional pun Tiba dengan 20 paket, sungguh itu fenomena yang sangat menegangkan biasa nya kami satu kelas mengerjakan UTS Atau US Saling mencontek walaupun sedikit , tapi kini kita tak bisa saling contek

Bebrapa hari kemudian
kami satu kelas dan wali kelas yang biasa kami sebut bunda Muchafifah liburan menuju Obyek Wisata Baturaden , momen itu tidak pernah akan kami lupakan sampai kapan pun.

Beberapa hari berlalu
Waktu itu penerimaan siswa baru di barengi dengan pengumuman kelulusan , itu adalah hal yang paling menegangkan , setelah menunggu cukup lama akhir nya SMP N 1 Bumiayu di mana aku menimba ilmu semua siswa nya LULUS 100% yeay ^.^

aku tak'akan melupakan Teman teman ku semasa SMP
ASTEROID MY FAMILY